Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

SEJARAH TAMAN NASIONAL TOGEAN


 Pada bulan Oktober tahun 2004, Menteri Kehutanan RI mengeluarkan Surat Keputusan (SK) No. 418/Menhut-II/2004 yang merubah fungsi Hutan Lindung (10.659 ha), Hutan Produksi Terbatas (193 ha), Hutan Produksi Tetap (11.759 ha), Hutan Konversi (3.221 ha) dan menunjuk kawasan perairan seluas 336.773 ha di kepulauan Togean sebagai Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Dengan status Taman Nasional. Dimana berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional adalah sebuah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Dalam SK disebutkan, kawasan perairan Kepulauan Togean merupakan habitat berbagai biota laut: 262 jenis terumbu karang, di antaranya endemis (Acropoda togeanensis); 596 jenis ikan, di antaranya endemis (Paracheilinus togeanensis dan Ecsenius sp.); 555 moluska serta jenis langka lainnya, seperti kima raksasa (Tridacna gigas), kima sisik (Tridacna squamosa); penyu hijau (Chelonia mydas); penyu sisik (Eretmochelys imbricata); lola (Trochus niloticus); dugong (Dugong dugong); paus pilot.
     Sementara di darat, jenis-jenis biota darat yang dilindungi dan endemis, misalnya rusa (Cervus timorensis), monyet togean (Macaca togeanus), biawak togean ( Varanus salvator togeanesis), dan jenis langka seperti kuskus beruang (Phalanger ursinus), tarsius (Tarsius spectrum), babirusa (Babyrousa babirussa), ketam kenari (Birgus latro), 97 jenis burung, 363 jenis flora antara lain meranti (Shorea sp.), kayu besi (Intsia bijuga), palapi (Heritiera sp.), 33 jenis tumbuhan bakau, berbagai jenis amfibi, dan reptil.
      Kepulauan Togean seperti halnya pulau-pulau lain di kawasan Wallacea, memiliki keunikan tersendiri dari sudut pandang biogeografi, sebagai salah satu ekosistem pulau yang terletak dalam zonasi transisi garis Wallacea dan Weber, Kepulauan Togean memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan unik. Kepulauan Togean juga tidak hanya memiliki ekosistem bahari yang menakjubkan, tetapi juga ekosistem hutan dan pesisir dengan berbagai spesies yang menghuninya.
     Kepulauan Togean secara geografis terletak di tengah-tengah Teluk Tomini dengan daerah seluas 755,4 km2 yang terdiri dari 56 pulau besar dan kecil. Kepulauan Togean merupakan  wilayah administratif dari Kabupaten Tojo Una Una, Propinsi Sulawesi Tengah, yang terbagi ke dalam empat kecamatan dan terdiri dari 33 desa. Kepulauan tersebut secara keseluruhan merupakan kawasan wisata alam yang sangat diunggulkan, karena memiliki potensi sumber daya perikanan, keanekaragaman hayati biota laut dan darat serta kekayaan budaya lokal (adat istiadat).
    Kepulauan Togean terletak di panggung tinggi laut dengan kedalaman kurang dari 200 meter, kecuali di timur laut lepas pantai Walea Bahi dengan tebing curam lebih dari 1000 meter yang merupakan bagian dari punggung gunung api Togean yang sudah mati dengan puncak tertinggi gunung Benteng (542 meter) di pulau Togean.
Pulau Una Una merupakan rangkaian pulau karang yang membentang dari gugusan pulau Peleng menuju daratan Sulawesi terus ke barat laut sampai sekitar pulau Batudaka dan termasuk ke dalam wilayah pegunungan Kapur bagian tengah (Central Mountain Karst). Pulau-pulau karang tersebut diduga terbentuk dari permukaan terumbu karang pada masa tersier pada daerah gunung api yang bersifat basal. Pulau Una Una merupakan satu-satunya pulau yang masih menunjukkan kegiatan vulkanik aktif dan secara struktural menjadi bagian dari wilayah pegunungan Api Utara (Northen Volcanic Mountains) yang mencakup kawasan Sulawesi Utara. Kegiatan vulkanik terakhir adalah saat meletusnya gunung Colo di pulau Una Una pada 23 Juli 1983.
     Kepulauan Togean secara geologi berusia muda karena sebagian besar terdiri dari formasi lonsio (Pilosen) dan terumbu karang Kuarter (Holosen), sedangkan pulau Una Una memiliki batuan gunung api Holosen yang sebagian besar masih tertutup lahar akibat letusan tahun 1983. Daerah tertua terdapat di barat daya pulau Togean dengan formasi Lamusa berasal dari periode Pleiosen. Berdasarkan penelitian Lembaga Penelitian Tanah Tanah di Kepulauan Togean terdiri dari beberapa tipe; Pulau Una Una bertanah regosol; rangkaian  Walea bertipe ferralsol dan bagian barat pulau Batudaka, pulau Togean-Talatakoh belum diketahui dengan jelas tipenya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]